Jumat, 02 Januari 2015

BEDAH ORTHOPEDIK

A.PENGERTIAN

Orthopedik adalah cabang ilmu bedah yang berhubungan dengan pemeliharaan dan pemulihan fungsi sistem rangka, persendiannya, dan stuktur yang berkaitan. Berhubungan dengan koreksi deformitas sistem muskuloskeletal; berhubungan dengan orthopedik (Dorland, 1998).
Bedah orthopedi adalah suatu tindakan bedah untuk memullihkan kondisi disfungsi muskuloskeletal seperti, fraktur yang tidak stabil, deformitas, dislokasi sendi, jaringan nekrosis dan terinfeksi, sindrom kompartemen, serta sistem muskuloskeletal (Brunner & Suddart).


B.JENIS-JENIS PEMBEDAHAN ORTHOPEDIK
1.Reduksi terbuka: Adalah melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan deseksi dan pemajanan tulang yang patah.
2.Fiksasi interna: Adalah stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan sekrup, plat, paku, dan pin logam.
3.Graft tulang: Adalah penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi, atau mengganti tulang yang berpenyakit.
4.Amputasi: Adalah penghilangan bagian tubuh.
5.Artroplasti: Adalah memperbaiki masalah sendi dengan arthostop (suatu alat yang memungkinkan ahli bedah mengoprasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
6.Menisektomi: Adalah eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
7.Penggantian sendi: Adalah penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis.
8.Penggantian sendi total: Penggantian permukaan artikuler dalam sendi dengan bahan logam atau sintetis.
9.Transfer tendo: Adalah pemindahan insersi untuk memperbaiki fungsi.
10.Fasiotomi: Adalah pemotongan fascia otot untuk menghilangkan kontriksi otot atu mengurangi kontraktur fascia. (Brunner & Suddarth. 2002)

C.MACAM-MACAM GANGGUAN ORTHOPEDIK
1.Fraktur: Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Ada lebih dari 150 klasifikasi fraktur, 5 diantaranya adalah;
a.Inclomplete: fraktur hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang. Salah satu sisi patah, yang lain biasanya hanya bengkok atau greenstick.
b.Complete: garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang biasanya berubah tempat.
c.Tertutup (simple) : fraktur tidak meluas melewati kulit
d.Terbuka (compound) : fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensian untuk terjadi infeksi.
e.Patologis : fraktur terjadi pada penyakit tulang atau seperti kanker, osteoporosis, dengan tak ada trauma atau hanya minimal.
2.Bedah rekrontuksi wajah
3.Amputasi: Pada umumnya amputasi disebabkan oleh kecelakaan, penyakit, dan gangguan kongenital. Untuk tujuan perencanaan asuhan ini, amputasi adalah pengangkatan melalui bedah atau traumatik pada tungkai. Amputasi ekstremitas bawah dilakukan lebih sering dari pada amputasi ekstremitas atas. Lima tingkatan yang sering digunakan pada amputasi ekstremitas bawah, telapak dan pergelangan kaki, bawah lutut (ABL), disartikulasi dan atas lutut, disertikulasi lutut-panggul, dan hemipelviktomi dan amputasi translumbar. Terdapat dua tipe amputasi:
a.Terbuka (provisional), yang memerlukan teknik aseptik ketat dan refisi lanjut.
b.Tertutup atau flaps.
4.Penggantian sendi total: Penggantian sendi diindikasikan unuk kerusakan sendi peka rangsang dan nyeri yang tak hilang (contoh; degeneratif dan artritis reumatoid; fraktur tertentu (contoh, leher femur), ketidakstabilan sendi panggul kongenital. Penggantian panggula dan lutut dalam bedah paling umum. Prostase mungkin besi atau polietilen (atau kombinasi) dan ditanam dengan semen akrilik, atau mungkin sesuatu yang berpori-pori, implan bersalut yang mendorong pertumbuhan tulang kedalam (Doengoes Marilyn. 2000.

D.KOMPLIKASI
1.Syok Hipovolemik: Kehilangan darah yang sangat banyak sebelum atau sesudah pembedahan akan menyebabkan syok yang kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat yang akhirnya menyebabkan gangguan metaboli seluler.
2.Atelaktasis dan pnemonia: Pada pasien pre dan post bedah sering mengalami gangguan pernafasan. Pengembangan paru yang penuh dapat mencegah penimbunan sekresi pernafasan dan terjadinya atelaktasis dan pnemonia.
3.Retensi urine: Haluaran urin harus dipantau setelah pembedahan setiap 3 sampai 4 jam sekali untuk mencegah terjadinya retensi urin karena biasanya pasien dengan bedah orthopedi mengalami keterbatasan gerak sehingga akan mengganggu aktifitasnya termasuk untuk berkemih. Pada klien yang tidak bisa berkemih dapat dipasang kateter intermiten sampai klien mampu untuk berkemih mandiri.
4.Infeksi: Infeksi merupakan resiko pada setiap pembedahan. Infeksi merupakan perhatian khusus terutama pada pasien post operasi orthopedi karena tingginya resiko ostheomilitis.
5.Trombosis Vena Profunda: Penyakit trombeobolik merupakan salah satu dari semua komplikasi yang paling sering dan paling berbahaya pada pasien pasca operasi orthopedic. Usia lanjut, hemostasis, pembedahan orthopedik ekstermitas bawah dan imobilisasi merupakan faktor resiko.

E.PENATALAKSANAAN BEDAH ORTHOPEDIK
Banyak pasien yang mengalami difungsi muskuloskletal harus menjalani pembedahan untuk mengoreksi masalahnya. Maslah yang dapat dikoreksi meliputi stabilisasi, fraktur, deformitas, penyaki sendi, jaringan infeksi atau nekrosis, gangguan peredaran darah (missal : sindrom kompartemen) adanya tumor. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan adalah meliputi reduksi terbuka dengan fiksasi interna (ORIF : open reduction and internal fixation) untuk fraktur antroplasti, menisektomi, dan penggantian sendi untuk masalah sendi, amputai untuk masalah extremitas berat (missal : ganggren trauma pasif). Sasaran kebanyakan bedah orthopedic adalah memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas sertamengurangi nyeri dan distabilitas.

F.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan penunjang pre operasi orthopedi
a.Pemeriksaan Laboratorium
a.Pemeriksaan darah
a)Kadar Hb
b)Hitung darah putih
c)Kadar kalsium serum dan fosfor serum
d)Fosfatase asam dan fosfatase alkali
e)Kadar enzym serum kreatinin kinase (CK) dan SGOT, aspartat aminotransferase
f)LED
b.Pemeriksaan urin: Kadar kalsium urin
b.Pemeriksaan radiologi
1)Sinar-X
2)CT scan
3)MRI
4)Angiogradi
5)Venogram
6)Mielografi
7)Discografi
8)Artrografi
9)Biopsi
2.Pemeriksaan penunjang post operasi orthopedi
a.Pemeriksaan Laboratorium
1)Pemeriksaan darah: Kadar Hb dan Profil koagulas
2)Pemeriksaan urin: Kadar kalsium urin
b.Pemeriksaan Radiologi
a.Sinar-X
b.CT scan
c.MRI
d.Arteriogram
e.Venogram
f.Miolografi
g.Discografi
h.Artrografi

G.PENANGANAN
1.Balutan Rigit Tertutup: Balutan rigit tertutup sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringanb lunak dan mengontrol nyeri dan mencegah kontraktur. Segera setelah pembedahan balutan gips rigid dipasang dan dilengkapi tempat memasang ekstensi prostensi sementara (pylon) dan kaki buatan. Kasa kecil steril dipasang pada sisi anggota, bantalan dipasang pada daerah tekanan putung kemudian dibalut dengan balutan tipis elastis yang ketika mengeras akan mempertahankan tekanan yang merata. Hati-hati jaringan sampai menjerat pembuluh darah. Teknik balutan rigid dini digunakan sebagai cara membuat socket untuk pengukuran prostesis disesuaikan dengan individu pasien. Gips diganti dalam sekitar 10 sampai 14 hari. Bila ada peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips yang mulai longgar harus segera diganti.
2.Balutan Lunak: Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan inspeksi berkala puntung sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan dengan balutan hematoma (luka) puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
3.Amputasi bertahap: Amputasi bertahap bisa dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertrama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis. Luka didebrimen dan dibiarkan mengering. Sepsis ditangani dengan antibiotika. Dalam beberapa hari, ketika infeksi telah terkontrol dan pasien telah stabil, dilakukan amputasi definitif dengan penutupan kulit.

H.PROSES KEPERAWATAN
a.Pengkajian: Pengkajian pasien dipusatkan pada hidrasi, riwayat pengobatan terbaru, dan kemungkinan adanya infeksi. Hidrasi yang adekuat merupakan sasaran yang sangat penting pada pasien ortopedi, imobilisasi dan tirah baring yang dapat menyebabkan trombosis vena dalam, statis urine dan kandung kemih yang diakibatkannya, dan pembentukan batu. Hidrasi yang adekuat dapat memberikan informasi untuk pengamanan preoperative, perawat harus mengkaji kulit, tanda vital, saluran urine, dan harga pemeriksaan laboratorium untuk membuktikan adanya dehidrasi. Riwayat pemakaian obat dapat memberikan informasiuntuk penanganan preoperatif. Terapi steroid baik yang baru maupun masa lalu., dapat memperburuk kemampuan tubuh menghadapi stress operasi. Pasien dengan infeksi kronis (misal : cartitis rematoid, penyakit paru akut) sering mendapatkan pengobatan kortikosteroid untuk mengontrol gejalanya. Kortikosteroid perlu diberikan preoparatif, intra operatif dan pasca operatif agar kadar kortikosteroid darah adekut mencegah terjadinya insufensi adrenal karena suspensi adrenal karena suspensi fungsi adrenal. Penggunaan obat-obatan yang lain seperti koagulan, obat kardiovaskular atau insulin perlu didokumentasi dan dibahas bersama para ahli bedah dan ahli anestesiologi agar penanganannya kuat. Pasien dinyatakan mengenai apakah dia mengalami demam, masalah gigi, infeksi saluran kemih dan infeksi lain. Dalam dua minggu sebelum operasi. Osteomilitis dapat terjadi melalui penyabaran hematologik. Disabilitas permanen dapat terjadi akibat terjadi infeksi dalam tulang ataupun sendi. Infeksi yang kebetulan ada juga harus diobati sebelum dilakukan pembedahan ortopedi terencana. Area pengkajian preoperatif lainnya sama dengan yang dilakukan pada pasien yang menjalni pembedahan pada umumnya. Bila pasien “perlu” diberi obat preoperative, obat tersebut harus diinjeksikan kedalam daerah yang sehat karena absorsi jaringan jauh lebih baik daripada daerah yang mengalami trauma.
b.Diagnosa
1)Nyeri berhubungan dengan mobilitas daerah fraktur dan sendi
2)Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan terbatasnya fungsi gerak
3)Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan akan proses pembedahan
4)Kurang pengetahuan berhubungan dengan kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

Pengertian Orthopedi

Banyak orang berpikir bahwa orthopedi hanya meliputi patah tulang dan berhubungan dengan operasi. Sebenarnya orthopedi jauh lebih luas dari itu, orthopedi bukan cabang ilmu bedah, melainkan cabang dari ilmu kedokteran.
Orthopedi menangani berbagai kelainan dan perlukaan sistem muskuloskeletal. Lantas sistem muskuloskeletal itu apa? Muskulo = otot, skeletal = tulang, jadi otot dan tulang saja dong? Lebih luas dari itu juga, sistem ini meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan alat gerak kita dari leher sampai ujung jari-jari kaki.
Jadi seorang dokter orthopedi terlatih untuk menangani segala macam keluhan alat gerak dari leher sampai ujung jari kaki, mulai dari rasa nyeri, kelemahan, kelumpuhan, kesemutan, luka sampai kaku dari bayi sampai orang lanjut usia.
Metode penanganan orthopedi pun bukan melulu melalui operasi atau pembedahan. Obat-obatan, alat bantu, gips, perubahan perilaku, semua dapat menjadi modalitas.
Lantas kata orthopedi sendiri artinya apa? Berasal dari kata orthos=lurus dan pais=anak, orthopedi pertama kali dicetuskan oleh Nicolas Andry tahun1741 dalam bukunya Orthopaedia, or the Art of Preventing and Correcting Deformities in Children. Meskipun kata orthopaedi kurang mencakup jangkauan ilmunya, namun ia terus digunakan selama lebih dari dua abad dan sepertinya tidak mungkin untuk diganti.



sumber : http://doktertulang.wordpress.com/2012/06/09/apa-sih-orthopedi-itu/
sumber gambar : http://rscarolus.or.id/pengembangan-rs/bedah-mikro-orthopedi/